cerpen gokil

Si Cantik dan Si Buruk Rupa

Di sebuah negeri antah-berantah, hiduplah seorang gadis bernama Sukaroh atau yang lebih akrab disapa ‘Kara’. Dia pernah bersabda bahwa dia adalah wanita paling cantik di antara tikus-tikus yang ada di rumahnya (?!?@#*?). Saat ini dia sedang menempuh pendidikan di sebuah perguruan tinggi yang katanya tingginya mencapai 72m dan memiliki dosen-dosen yang juga tinggi-tinggi. Benar-benar khayalan tingkat tinggi!!
           
Masih di kompleks perumahan yang sama, hiduplah seorang pemuda yang bernama Juaini atau yang biasa disingkat ‘Joy’. Dia memiliki sebuah tompel sebesar telur bebek di pipi kirinya. Walaupun begitu, dia tak pernah malu pada siapapun. Justru dia merasa semakin mirip dengan James Bond waktu masih muda dulu (?!?).
           
Suatu hari saat matahari baru memancarkan sinarnya, tidak sengaja mereka bertabrakan. Kara yang mengendarai truk dan Joy dengan bajaj kesayangannya. Alhasil truk dan bajaj mereka harus segera dimakamkan di bengkel terdekat. Mereka pun berkenalan. Setelah saling mengetahui kalau mereka ternyata satu kampus, satu kompleks, satu nusa dan satu bangsa, mereka pun semakin dekat. Mereka selalu ber-SMS ria (bisanya cuma gratisan doank!). Setelah sekian lama aku menunggu, eh…maaf-maaf kok jadi nyanyi lagu Ridho Roma sih!?! Akhirnya setelah sekian lama mereka berteman, tumbuhlah benih-benih padi di sawah, sekali lagi saya minta maaf! Maksudnya tumbuhlah benih-benih cinta di hati mereka. Walaupun begitu, Joy malu untuk menyatakan perasaannya. Dia takut kalau Kara akan menolaknya karena tompelnya itu. Kara pun tak bisa menunggu lagi. Akhirnya dia yang lebih dulu menyatakan perasaannya.
           
Pada saat Kara akan berterus terang pada Joy di kandang kambing, datanglah tetangga Kara yang memberitahukan bahwa pembatu Kara tengah di sidang pengadilan terkait kasus korupsi Bank Jentury. Mau tidak mau Kara harus menunda aksi tembak-menembak itu. Dia pun jogging sekitar 5km ke pengadilan.
           
Sesampainya di pengadilan, ternyata Kara hanya dibohongi. Pembatu Kara justru sedang asyik berpacaran dengan hakim di pengadilan. Kara pun marah dan berontak. Tidak sengaja dia menginjak kotoran sapi dan kotoran itu menempel di pipi kanannya. Kara terlalu lelah hari itu. Dia pun pulang dan membersihkan diri. Ternyata kotoran sapi itu tidak mau hilang dari pipinya. Kara pun sedih dan bingung. Dia takut kalau Joy tidak akan mau menerimanya.
           
Setelah beberapa hari Kara larut dalam kesedihannya, dia akhirnya memutuskan untuk menemui Joy dan mengutarakan perasaannya. Dia sudah pasrah kalau Joy akan menolaknya. Sesampainya dirumah Joy, Kara terkejut melihat Joy sedang asyik berpacaran dengan Maimunah yang memiliki nama beken ‘Mona’.
           
Dengan airmata yang mengalir, Kara berlari pulang. Tidak sengaja dia menabrak seorang laki-laki. Kara terpesona sekali karena laki-laki itu mirip dengan Kim Joon di film be-be-ep. Mereka pun berkenalan. Laki-laki tersebut bernama Hin Doon. Tak disangka setelah tiga bulan menjalin pertemanan, Hin Doon menyatakan perasaannya kepada Kara di kandang sapi. Mereka pun resmi berpacaran. Tak berapa lama datanglah seekor sapi yang ingin tidur di kandangnya. Setelah menongolkan kepalanya ke dalam, sapi itu terkejut dan lari tunggang-langgang…

*Sekian*


Hikmah yang dapat diambil dari cerita ini adalah janganlah berpacaran di kandang sapi karena itu akan membuat sapi ketakutan (?!?@#*?!?).







(yang kedua)




Khayalan yang Nyata
           
Baiklah. Kita mulai dari perkenalan dulu ya. Aku tika atau lebih lengkapnya Artika. Mungkin bagi kalian itu belum lengkap, tapi itu semua sudah cukup bagiku. Ya. Itulah namaku. Anak SMA yang baru menyelesaikan MOS dan mendapatkan kelas baru. Kalian semua udah pada tau MOS kan?? Nah.. di sekolah ini…
Bruk!!!
Aduh! Gara-gara keasyikan cerita ke kalian aku menabrak seseorang deh. Eits… tunggu dulu. Kita liat siapa yang sudah aku tabrak pagi-pagi begini. Ya ampyyuun! Ternyata cowok tengil yang udah 3 hari ini bikin aku darah tinggi.
R : “ Huh! Lo lagi-lo lagi. Kalo lu emang naksir sama gw, gak usah gini dong caranya! Pake sengaja nabrak gw lagi!”
OMG!!!
Kalian dengar kan?? Betapa tengilnya cowok ini. Siapa coba yang udah naksir sama dia!? Hampir saja aku mengeluarkan semua sarapanku tadi pagi kalau saja di tanganku ada sebuah plastik keberuntungan. Sayangnya tidak! Terpaksa aku harus menahan mual sampai ke kelas. Aku melengos pergi tak menghiraukan cowok aneh + tengil itu. Oh iya, karena aku belum tau namanya kita sebut aja dia dengan inisial ‘R’. Si R pun pergi dan berdiri di depan pintu kelasnya. Kasihan sekali ya murid-murid yang sekelas dengannya harus terganggu ketika akan memasuki kelas karena ulahnya yang menghalangi jalan itu. Benar-benar makhluk aneh yang mungkin tidak berasal dari planet manapun. Tiba-tiba lep! Langsung timbul aja kayak tuyul. Kalau dipikir-pikir aku tidak kalah menyedihkan dengan ‘mereka yang harus sekelas dengan si R’. Bagaimana tidak??? Kelas kami bersebelahan dan terlebih lagi Rina dan Rini teman dekatku dari orok sampai sekarang harus sekelas dengan si R. Jadi kalau aku mengunjungi mereka di kelas sudah sangat pasti aku bertemu makhluk aneh dari negeri antah-berantah itu.
Ya ampyyuun! Kok jadi ngomongin dia sih. Duh! Maap ya temen-temen, abis kelewat BT sih! Yaudah deh kita lanjut lagi ceritanya. Oh iya, tadi sampe’ mana ceritanya?? Kok gak ada yang jawab??
            Yaudah deh langsung aja…
Di sekolah ini aku mempunyai 4 orang teman dekat dan amat dekat. Eits.. tunggu dulu! Jangan parno dulu! Kami bukan kembar siam loh. Kami semua beda ayah, beda ibu, beda nenek, beda kakek, beda buyut, beda…
D : “ Woy! Ngomong sendiri lagi. Ntar kesambet lu!”
Nah! Salah satunya udah dateng ni. Kalau yang ini namanya Dian.
            T : “ Enak aja lo! Gw lagi baca do’a masuk kelas tao!”
            D : “ Hah?? Do’a masuk kelas??emang ada ya????”

Saat Dian sedang larut dalam kebingungannya, tiba-tiba munculah makhluk asing teman dekat Dian yang juga jadi obat diet paling ampuh buatku. Setiap melihatnya, aku selalu ingin mengeluarkan semua isi perutku.
            R : “ Hai, cantik??! Baru dateng ya??”

What?? Kenapa si R tiba-tiba berubah menjadi om genit pemangsa gadis-gadis lugu seperti Dian??! Ya Allah, aku mohon lindungilah Dian. Si R duduk di sebelah Dian sambil berbicara apa saja. Sepertinya sih begitu, soalnya aku tidak terlalu mempedulikan mereka. Aku sibuk melaksanakan tugas piketku, membaktikan diriku untuk kelas dan sekolah ini. Apalagi pelajaran pertama adalah Biologi. Ibu Rasti yang amat-sangat killer dan amat-sangat mencintai kebersihan. Jika ada setitik debu saja, jangan harap kamu bisa lepas dari ceramahnya yang amat-sangat sakral dengan menggunakan 7 bunga, 7 air dari 7 sumur di 7 negara (lebay!!!).
Lanjut lagi ya ceritanya…
Setelah Dian, masih ada Ika yang juga sekelas denganku. Lengkap deh! Aku, Rina, Rini, Dian dan Ika. Kami menamai persahabatan kami dengan “kepompong”. Jadul banget ya?? Tapi maklumlah karena pada waktu itu belum ada BB, BBF, gak ada air, gak ada pohon, gak ada kehidupan (ups! Mulai lagi deh lebaynya).

Singkat cerita . Persahabatan dan sekolahku lancar. Permusuhanku dengan si R juga lancar. Hingga pada suatu hari, pagi yang cerah, bunga-bunga bermekaran, air mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat yang lebih rendah, pasar tetap ramai dan kuburan masih tetap sepi. Manusia tengil dari negeri antah-berantah itu yang sering kita sebut dengan si R akhirnya mengibarkan bendera putih padaku tepat pada pukul 6 lewat 60 menit lebih 60 detik. Ternyata setelah 6 bulan lebih 6 hari aku baru tau kalau si R dianugerahi dengan sebuah nama “Riko Simanjuntak Milano Cullen Raden Mas Diningrat”. Kami berjabat tangn dan aku mau tidak mau harus menyebutkan namaku yang tidak memakan waktu lama, “Artika”.

Tiba-tiba Dian datang dan menyerahkan sepucuk surat untuk Riko. Tingkah jahil Ika meluap. Ia meraih surat itu dan membacakannya di depan kelas. Kebetulan saat itu adalah kelas kami. Isi suratnya adalah………………………………………………………………………………
(maap teman-teman tidak bisa aku tampilkan karena begitu panjang sehingga akan memboroskan tenaga, biaya dan menghabiskan kertas. Jadi ku sebutkan saja intinya. “Dian suka Riko”). Sampai sini apakah ada teman-teman yang pingsan??? Tika harap jangan. Karena cerita masih begitu panjang.

Tak terasa kami sudah naik kelas dua dan masuk jurusan IPA. Ketika akan memasuki kelas baru, aku terkejut tak alang-kepalang. Hampir saja penyakit benge’ turunan dari eyang-buyutku kambuh. Ternyata Riko Simanjuntak orang bijak yang kepalanya pitak itu sekelas denganku. Ya Allah, apa rencana-Mu dibalik semua ini?? Kenapa harus dia orang pertama yang aku liat di tahun ajaran baru ini. Waktu pun terus berjalan. Sedikit demi sedikit aku sudah dekat dengan Riko. Dia tidak pernah terlihat dengan Dian lagi. Entahlah… mungkin mereka sudah putus. Tapi Riko mulai curcol denganku tentang Rani, temanku dari SD. Huh! Om genit ini akan memangsa Rani rupanya. Pada suatu hari, Erik yang juga sekelas denganku, menawarkan sebuah bisnis yang katanya dapat meraih keuntungan milyaran rupiah. Begini ceritanya :
            E : “ Tik, lu mau cowok gak? ntar gw kenalin deh! Pokoknya orangnya tuh T-O-P B-G-T!”
(ups! maap temen-temen ternyata Erik tidak menawarkan bisnis padaku. Maap ya…)
            T : “ Gak ah! Lagi males pacaran”

Dalam suasana yang lain…
Panca dan Yudi yang juga teman sekelasku sedang mengadakan rapat PBB bersama Riko Simanjuntak orang bijak yang kepalanya tidak lagi pitak.
            P : “ Ko, kok betah sih lama-lama jomblo?? Lu masih suka sama cewek kan??”
            R : “ Enak aja lu!! Ya iyalah gw masih suka cewek.”
            Y : “ Nah terus?? Lu ngapain sendirian?? Mendingan lu pacaran!”
            R : “ Yeeee… emak gw aja gak sewot. Lu kayak nenek gw aja!”
            P : “ Lu mau cewek gak? Si Tika nganggur tuh. Kan lu udah deket sama dia, napa gak lu
        embat aja sekalian.”
            Y : “ Iya. Mending lu tembak aja si Tika. Kurang apa coba????  Mata ada, hidung ada,
        tangan ada, mulut ada, kaki juga ada. Kurang apalagi coba???”
            R : “Yee…kalo itu sih gw tao!! Emang gw buta apa??”
            P + Y : “ Yaudah! So, tunggu apa lagi??”

****


            Sepulang sekolah…
Awan mendung berarak menaungi SMA, petir dan kilat saling bersahutan, gerimis berubah menjadi hujan deras yang amat deras dan membanjiri SMA. Sekolah sudah mulai terlihat sepi hanya segelintir murid-murid saja yang sedang menunggu jemputan. Saat aku sedang menyusuri koridor sekolah untuk pulang, Riko menghampiriku. Dia berbicara sesuatu. Aku hanya mendengar samar-samar karena pada saat itu petir masih saling curhat. Aku pun pulang dan tak menghiraukan jin di sampingku itu. Sekitar pukul 3 subuh, saat mulutku sedang terbuka dan mataku yang terpejam, guling dan bantal sudah berputar 360 derajat, bantalku sudah penuh dengan lukisan pulau Sumatera, Jawa, Kalimantan, Bali, Sulawesi, Papua lengkap dengan bandara dan tempat-tempat wisatanya…

Kriiiiinnggggg!!!!!!

Aku terlonjak kaget dan mendapati hp-ku sedang berjoget ria di samping bantal. Ternyata Riko Simalatupang yang suka makan kemplang meng-SMS-ku di pagi buta seperti ini. Aku baru tau kalau sepulang sekolah tadi Riko menembakku (maap. Aku lupa dia menggunakan pistol atau senapan?!@?*%#). Dan sekarang dia meminta jawabanku. Antara sadar dan tidak, akupun menekan tombol Y.

Disinilah dimulainya perjalanan asmaraku. Sebuah kisah klasik asmara antara anak-anak SMA yang mungkin lebih tepat disebut dengan cinta bebek. Eh, maksudnya cinya monyet.
           
Keesokan harinya, setelah tadi malam aku resmi menjadi majikan, ups! Maksudnya pacarnya Riko. Sudah jelas. Kami mendapat ucapan selamat dari berbagai macam manusia di SMA-ku, kayak acara ulang tahun deh! Hari demi hari kami lalui. Keadaan kembali seperti semula. Tidak ada hal-hal istimewa yang kami lakukan. Berhubung dari dulu sampai sekarang harga BBM selalu tinggi, dengan terpaksa kami menerapkan kata-kata mutiara ciptaan Ivan Gunawan yaitu “seiring sejalan”. Riko di siring dan aku di jalan, he… (bagi siapapun yang bernama depan Riko, aku mohon maafkan aku!☺☻) dia selalu mengantarku pulang. Ya… walaupun hanya berjalan kaki. Dan yang tidak kalah menyedihkannya lagi. Dia selalu mengantarku sampai kotak sampah di depan rumah. Huh! Sungguh-sungguh menyedihkan! Dia takut kalau-kalau ayahku memarahinya (emang ayahku anjing galak apa??!). Kotak sampah kuning di depan rumahku adalah saksi bisu kisah asmara kami. Bulan demi bulan berlalu. Tak terasa hari ini kami kelulusan. Tapi aku bingung, kenapa hari kelulusan ini berubah menjadi ajang foto-foto?!? Jepret sana-jepret sini. Aku yakin kenangan di SMA ini sampai beribu-ribu album. Masa-masa pendaftaran perguruan tinggi pun terlewati. Aku diterima di Universitas Indonesia, Fakultas Ekonomi (aku memilihnya karena aku sangat menyukai diskon-diskon dan aku ingin me-rebonding perekonomian di Indonesia yang semakin keriting). Dan Riko, kalian tau apa yang terjadi dengan Riko??? Dia akhirnya meraih cita-citanya yang tidak sengaja itu yaitu menjadi seorang pelaut…eh, maksudnya polisi.
           
Aku banyak mendengar kabar dari teman-temanku. Mereka ada yang sudah menjadi AU, AD, AL, AB, CD, VW, X, Y dan Z. bahkan sebagian dari mereka ada yang sudah menikah dan memiliki anak. Benar-benar t-o-p-c-e-r-r!
           
Tik.tik. sedetik, semenit, sejam, sehari berlalu. Hari ini hari istimewa buatku. Akhirnya aku bisa menyelesaikan pendidikanku dan sekarang koga hitam sudah membalut manis tubuhku…
            “ Tika…tika!!!”
Hah??? Kenapa ada bu Rasti juga di sini?? Apakah beliau akan wisuda juga??
            “Tika…tika!!!!! Kenapa kelas masih kotor begini???!!!!”
Tiba-tiba aku merasa seseorang menyenggol lenganku.
            “Tik, lu dipanggil bu Rasti tuh! Dari tadi bengong terus nii!” bisik Dian.
Maap ya temen-temen. Sampai di sini dulu khayalanku. Aku harus menghadiri upacara sakral dari bu Septa dulu. Kapan-kapan kita sambung lagi khayalannya. Tolong hubungi aku kalau aku lupa. Da…da…
****

Komentar