Untuk ketiga, dan yang terakhir kalinya
Aku akan bertanya, dan kuharap hatimu yang jawab. Aku ingin kali ini kamu tidak diam saja karena aku lelah menerka-nerka sendirian. Aku tidak akan lagi membebanimu dengan perasaanku.
Selama kita bersama, apa sekali saja kamu pernah menginginkan dan menyayangiku?
Setelah ini, kita udah nggak mungkin lagi ya? Sangat tidak mungkin?
Menurutmu, selama ini, kamu anggap hubungan kita ini apa?
Jika kamu tetap memilih diam, aku akan anggap itu sebagai jawaban. Bukan memaksa, aku tahu aku tidak berhak meminta kalimat perpisahan apapun darimu, tapi tujuh tahun bukan waktu yang singkat menurutku. Aku menunggu, mencari-cari jawaban sendiri, meredam rindu sendirian, menangis ketika kamu datang dan pergi sesukamu.
Kita sudah dewasa. Bohong kalau kita sama-sama tidak tahu, apa yang kita lalui selama ini bukanlah hal-hal yang biasa dilakukan seorang teman. Semua perhatian-perhatian kecil itu, waktu yang dihabiskan bersama, semua puji dan rayuan yang menggemaskan yang sering kamu ucapkan, lelucon-lelucon garing dan rencana-rencana masa depan yang kamu ceritakan, segala kekhawatiran yang diungkapkan. Rasanya aku punya alasan kenapa pada akhirnya perasaanku berlebihan.
Entahlah. Sampai saat ini, aku merasa kalau aku perlu mendengar penjelasan darimu. Maksudku... kamu seolah-olah mengajakku ikut merencanakan itu semua. Ketika aku pelan-pelan mulai setuju dengan semua gambaran itu dan mencoba menghapus rasa takutku, kamu justru memberiku kenyataan bahwa bukan aku yang kamu mau.
Jika bukan aku yang kamu jadikan tujuan, lalu untuk apa semua itu? Aku ingin dengar penjelasan darimu. Meski mungkin tidak akan mengubah apapun, tapi setidaknya aku punya alasan untuk merelakanmu. Dan… untuk ketiga, dan yang terakhir kalinya aku cuma mau bilang sampai saat ini perasaanku tidak pernah berubah. Aku sayang kamu. :')
Komentar
Posting Komentar