Seseorang yang baik itu bukan aku.*
Aku ingin mengakui perasaanku untuk kedua kalinya. Meski sebanyak apapun aku mengatakan, aku (masih) tidak bisa memilikimu. Sebelumnya, aku sudah begitu putus asa bertanya pada Tuhan di sepertiga malam, bisakah aku memaksa sebuah takdir? Namun lambat laun, aku mulai menerima. Hatiku lebih lega dengan penolakan yang selama ini kutahu kamu tidak mungkin mengatakannya. Kamu memang terlalu baik. Waktu aku menulis ini, perasaan gugup menyusahkan ini seperti mulai dari nol lagi. Aku engga tau sampai kapan, tapi di hubungan ini, cuma aku yang khawatir sendirian. Takut kamu pergi, tapi juga takut untuk melangkah lebih jauh lagi. Karena kita sama-sama tau jalannya tidak akan mudah. Itu kenapa aku penuh dengan keragu-raguan. Aku sudah belajar ikhlas, tapi bersamamu kupikir jauh lebih menyenangkan… Terkadang, aku iri sama semua orang yang bisa semudah itu ngobrol sama kamu, sedangkan aku enggak. Karena sedekat apapun kita, kamu tetap jadi orang yang paling jauh yang pernah aku sukai. Aku sen...