Kau Baik-Baik Saja
Kau kehilangan (lagi), waktu menjadi antagonis yang bisa kau salahkan. Kau percaya ia sedang tersesat dan akan kembali-kali ini-. Atau kau lupa, kau memang bukan tujuannya. Kau memilih menunggu. Tidak tahu malu. Sebenarnya kau hanya bmbang- bertahan atau melepaskan- sebab kerja hatimu telah terbiasa menangkap harapan hingga lupa dengan logikamu. Jika kau temukan dirimu menahan sesak, menangis pukul tiga pagi karena riuh kepalamu, harusnya kau sadar sudah saatnya kau pergi. Tubuhmu ingin kau mengerti bahwa ia tak akan kembali. Pertemuan itu tidak pernah menjadikanmu sebagai pulangnya, kepergian yang kau tangisi itu memang tidak bertujuan untuk kembali. Kau tidak harus selalu bahagia. Tidak semua dapat kau baca termasuk perpisahan. Abu-abu di matamu biarkanlah mengalir membawa sesal dan andai. Kau biarkan kalimat menggantung di mulutmu, sebab matamu menyaksikan airmata yang jatuh lebih dulu. Tidak ada yang harus pergi lebih awal. Kau sedang tidak balapan siapa yang paling cepat me...