Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2017

Untuk Kamu

Gambar
Dek, Apa kabar? Pertanyaan yang sama, apa kamu sudah menentukan akan kerja di mana? Sudah keluarkah hasil kerja kerasmu beberapa bulan yang lalu? Apakah sesuai target? Bagaimana kabar mamah, Dek? Sudah ada calon yang dikenalkan? Atau Mas harus ke sana sekarang? Hehe. Ini pertama kalinya Mas menulis untuk menjawab tulisanmu sebelumnya. Mas tidak pernah bermaksud untuk membuatmu menunggu atau khawatir terhadap apa yang Mas lakukan. Memang benar, terkadang jarak membuat ruang gerak terbatas untuk bisa melihat senyum dan tawamu yang hangat, tapi percayalah Mas tidak pernah menginginkan kamu untuk pergi. Sungguh, sekalipun tidak pernah. Ketika Mas bilang ingin dekat dengan kamu, itu sejatinya benar. Atau ketika Mas bilang kamulah satu-satunya perempuan yang bisa membuat Mas grogi, itu juga benar. Bahkan entah kamu sadari atau tidak, Mas berpura-pura salah kirim pesan Whatsapp ke kamu untuk memulai obrolan karena sebenarnya Mas rindu tapi terlalu pengecut untuk mengatakannya.

Hampir Asing

Gambar
Mas, Apa kabar? Bagaimana latihanmu? Sudah kau putuskan akan kerja dimana? Bagaimana hari-harimu mengejar mimpi untuk membahagiakan ayahmu? Meski sudah sejauh ini, diam-diam aku yang hampir asing masih menyentuh namamu pada doa pukul dua, bercerita perihal dirimu kepada Tuhan agar suatu hari kita dipertemukan kembali. Sudah banyak malam ku susun rencana-rencana jika nanti doaku dikabulkan, mengajakmu ke taman hiburan atau kebun binatang. Kita akan duduk saling berhadapan atau saling menyandarkan kepala di bahu. Sembari bertukar kabar dengan senyum yang mengembang. Ingatkah kau, kali pertama kita bertemu? Ya, aku ingin pertemuan itu kembali. Suka-suka saja, dalam suasana malam atau siang. Dimana kita saling mengenal tawa masing-masing sebab mimpi kita terlalu romantis untuk dunia yang bengis. Kau ceritakan cita-citamu, tentang negeri Timur Tengah, kelimpahan minyaknya, dan keinginanmu untuk bisa terbang ke sana. Kemudian, entah kau masih ingat atau tidak, aku hanya mampu

Duwa Rebu Tujuh Belaz

Kalau kamu merasa tersindir, kesel, marah sampai garuk-garuk tanah Berarti tulisan ini bukan dari saya, bukan juga buat kamu. 2017. Baru berjalan 10 hari lamanya, tiba-tiba saya tergerak untuk menulis tentang apa yang ingin dilakukan, dan mungkin, sudah dilakukan pada tahun sebelumnya. Entah kamu sebut ini apa, harapan, ambisi, target, angan-angan, mimpi, cita-cita, atau yang lebih tinggi kamu sebut ini sebuah resolusi. Saya tidak mengerti karena saya tidak pernah membuat hal-hal semacam itu untuk mengawali pergantian tahun. Buat saya, rencana selalu terlihat ketika deadline sudah mendekat. Serupa dengan pelangi yang selalu terlihat di matamu. Oke. Tidak ada hubungannya. Mungkin sudah saatnya saya kembali mengosongkan isi kepala lewat jemari yang bergerak, menari-nari, berjingkat, berlari-lari, atau sekedar berjalan santai dalam tulisan. Mengilas balik tahun 2016 dan tahun-tahun sebelumnya, bagaimana saya tumbuh melalui tulisan untuk mewakili sifat manusiawi dan ke-bi