Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2016

Jangan Pergi

Beberapa hari menjelang perayaanmu. Apakah sudah kau hitung-hitung kekhawatiranku tahun ini? Aku tak tahu, harus menerima atau merayu Tuhan agar kau dan aku menjadi kita. Maafkan aku yang selalu menyalahkan keadaan sebagai alasan untuk melepasmu, padahal kau melihat rindu di telapak tanganku. Kau kembali menatapku, "benar ini yang kau inginkan?" aku menunduk, cukup lama buatku untuk mampu menjawab, "ya...itu yang kuinginkan." kataku lirih masih tak berani menatapmu sebab kau biarkan aku, penyair mati di matamu. Kau memelukku cukup lama. Aku jatuh pasrah, pulang menuju dadamu yang curam dan tak berpaham. Aku ingin kau tetap di sini, meski tingkahku yang memaksamu beranjak pergi. Langit di matamu yang menampung kesedihanku, kemudian kutemukan dunia baru yang hangat melindungiku serupa matahari yang mencumbu laut. Jika kita adalah langit dan laut, maka pertemuan hanya ada di ujung jingga lepas kau lontarkan pertanyaan mana yang paling merah muda, rindu ata

Aaaa!!!

Di bawah matamu, aku membisu Di bawah dagumu, aku gagu Di hadapanmu, aku kaku Padamu, aku tak lebih seorang perempuan yang tak tahu malu yang mencuri tatapan itu agar kau tahu aku rindu Bagimu, aku hanya lalu lintas pukul satu yang sebisa mungkin ingin kau hindari sebab bisingnya mengganggumu Aku adalah Rabu, yang membeku dan tersipu saat kau temukan aku dalam matamu. Aku ingin menemukan lelahku dalam dadamu. Aku ingin menjadi wanita itu, yang kau sebut-sebut menyatu dengan separuh jiwamu. Namun lidahku kelu, kau lisankan sebaris ayat yang seharusnya keluar dari mulutku. Seluruh inderaku melumpuh, sederet senyum tak juga menghiburku. Kau benar, kita adalah dayung yang hilang dari sebuah perahu. Siang itu, kau pergi memunggungiku dengan sebuah lagu yang hilang di kepalaku.

3 Permintaan

Gambar
Siang itu jendela tidak kututup. Sengaja, biar aku tidak kehabisan nafas di dalamnya. Bisu yang kau anggap indah nyatanya buatku pengap. Bagaimana jika tak ada lagi kata-kata? Kau pikir sunyi berhasil membawa rindumu padaku? Justru yang ada banyak tertinggal di pinggir jendela menyatu bersama debu. Debar- debar yang kau tinggalkan disana sudah tak lagi ada. Kau perlu tahu, membisu selama berjam-jam bukan perkara mudah. Kau biarkan kopimu mati bosan, remah-remah roti kau injak hingga tak kelihatan. Maaf, hanya saja aku tidak mengerti posisiku. Siapa aku dimatamu, siapa aku di tanganmu, siapa aku di pelukanmu. Aku ingin menggilaimu, ingin sekali. Melepas sebab-sebab kepulanganmu yang-bukan-aku. Namun, lagi-lagi kaulah yang menamai hubungan ini. Suka-sukamu menyebutnya apa, merasakan apa. Tak perlu kita bahas lagi perihal yang satu ini. Kau akan tetap begitu, dan bodohnya, aku akan terus mengikutimu. Meski kau menyebutku selamat tinggal, kau akan tetap menjadi selamat datang untu

Asing

Gambar
Pinterest.com Pada akhirnya yang asing akan kembali menjadi asing. Bahkan aku tidak tahu kenapa dan harus bagaimana mengatakan "hai". Selepas kita pergi, selepas kita mengerti bahwa langit akan tetap sama dan kita akan selalu berbeda. Sudah, biarkan saja menunggu dan menerka-nerka menjadi tugasku, kau cukup ada di belakang garis, dimana kau tidak melihatku yang sedang melihatmu. Kepada siapa hatiku hanyut? Kepada dia yang menjadikanku sudah dengan kekitaan yang sia-sia. Dia lebih memilih asing pada sebab-sebab patah yang kusimpan sendiri dalam doa-doa yang kukirimkan untuknya. Baginya, aku adalah suka yang itu-itu saja dan semesta membuatku berhenti untuk mengemis rebah di lengannya. Pada episode yang paling nyata, kita sudah jelas berbeda. Harus selalu aku yang (masih) mencintaimu. Kau tidak lagi ingin pulang. Aku mulai membenahi airmata yang mungkin saja jatuh saat kau di depannya. Toh, kita akan mengulang kembali pertanyaan yang sama "siapa namamu?"

Rindu Ini Milik Kita

Gambar
Sebab aku masih sering menaruh ngilu pada rindu yang kau sendiri tidak tahu. Sebab kau pula tak peduli bagaimana deras hujan sore tadi, ada banyak rindu yang seharusnya menyentuh gerak-gerik kecil tanganmu. Sebab itu pula aku masih menjadi anak kecil yang senang digandeng tangannya, yang berdecak kagum pada ketinggian; burung dan pesawat terbang. Sebab aku ingin melihatmu gusar dimana kakimu berpijak, menjadi sentakan untuk kantukmu. Sebab jauh sebelum hari ini atau mungkin setelahnya, aku ingin kita sama-sama perih pada perpisahan yang kupecahkan, pada rindu yang kurahasiakan. Suatu waktu pernah kau utarakan, hanya denganku kau gugup bukan kepalang. Setelahnya semua tentangmu begitu singkat. Sudah dingin jejak bibirmu di keningku. Aku tak lagi tahu dimana kursi yang pernah kau duduki kala sore itu, dengan baju merah dan celoteh mesra. Hanya secarik senyum dan genggaman dingin jemari kita, kemudian lekas kikis oleh musim, yang mengantarkan kita pada perpisahan pagi itu. kita s

Pamit

Gambar
Dear TOEFL Squad Haruskah ada cerita atau puisi yang mendayu-dayu untuk memulai keterpisahan ini? Sudah tugas sang waktu membuat segalanya menjadi berlalu. Namun ia tidak memintamu melumpuhkan semua ingatan, ia hanya menjalankan tugasnya. Maka dari itu, kau tidak perlu menjadi asing ketika bertemu kembali. Sejatinya, ketika kau sudah mulai merasa rindu dengan sekitarmu, maka itulah kepulanganmu. Dan ketika banyak hal membuatmu rindu, selamat! Rumahmu ada dimana-mana! Saya tidak akan memaksakan untuk bilang see you on top seperti kebanyakan orang, karena rindu tidak sepemilih itu. saya terbuka untuk bertemu kembali dengan apapun keadaan kalian, karena warna kalianlah yang membuat rindu itu ada. Sampai berjumpa kembali--